Kesabaran Para Shahabat Nabi Saat Hijrah

Para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum yang telah mendapatkan kemuliaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia dan di akhirat –bahkan sebagiannya mendapatkan jaminan masuk surga– juga tidak luput dari berbagai ujian. Menggali perjalanan hidup mereka akan mendapatkan buah yang matang lagi harum dan lezat. Meski untuk bisa memetiknya harus melangkahi duri-duri nan tajam dan jurang yang curam lagi berbahaya. Selain itu, bila hati sedang hidup ketika menggali perjalanan hidup mereka, niscaya mata ini akan berlinangan air mata.

Kisah hijrah pertama kali ke Habasyah merupakan salah satu usaha untuk meringankan beban yang mereka hadapi di saat mengikrarkan diri sebagai pemeluk agama baru yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Puncak dari keberingasan dan kekejaman mereka rasakan, sehingga mereka menginginkan ketentraman dan ketenangan dalam menjalankan ajaran agama baru tersebut. Mereka mencari tempat yang akan mengantarkan mereka kepada ketenangan dalam beragama. Lalu terisyaratlah negeri asing: Habasyah.

Mulai tahun keempat dari kenabian, kekejaman kaum kafir Quraisy kian hari bertambah dan memuncak. Sampai kemudian pada tahun kelima dari kenabian beliau, bertepatan dengan bulan Rajab, dengan penuh rahasia di waktu malam, mereka keluar menuju laut dan menyewa dua perahu. Mereka lalu berlayar menuju negeri yang telah diisyaratkan. Mereka yang berhijrah berjumlah 12 orang pria dan empat wanita. Rombongan dipimpin oleh ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anahu. Mereka mendapatkan ketentraman dan ketenangan hidup di negeri hijrah. Namun akankah ujian itu berakhir?

Berita Makkah menghebohkan para muhajirin ini di saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumandangkan kalam ilahi (surat An-Najm) di Baitullah Al-Haram. Mereka mengira bahwa kafir Quraisy telah memeluk agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ternyata sekembalinya ke negeri kelahiran, dugaan itu meleset. Orang-orang kafir menjadikan kembalinya mereka ini sebagai momen emas untuk melampiaskan keberingasan dan kekejamannya. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Habasyah untuk kedua kalinya.

Hijrah yang kedua ini menghadapi kesulitan dan risiko yang hebat. Karena kaum kafir Quraisy berjaga dan bersiap-siap menghadang perjalanan mereka. Namun semuanya ada di tangan Yang Maha Kuasa. Tiada sedikitpun mereka bisa berbuat seperti yang mereka rencanakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki yang lain. Hijrah kedua kalinya ini terdiri dari 83 orang pria dan 18 atau 19 orang wanita. Tidak berhenti sampai di sini ujian menimpa mereka.

Di negeri hijrah, kafir Quraisy telah merancang berbagai macam makar agar Najasyi menyerahkan kaum muslimin kepada mereka. Beberapa bentuk hadiah mereka kirim beserta dua ahli hujjah (ahli debat) Quraisy, ‘Amr bin Al-’Ash dan Abdullah bin Abu Rabi’ah sebelum keduanya masuk Islam. Namun sungguh tipu daya mereka tidak bisa mengalahkan bantuan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap kaum mukminin ketika itu. (Lihat Fathul Bari 7/215 dan Ar-Rahiqul Makhtum hal. 67-70)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji kesabaran mereka Mereka membeli surga dengan kesabaran dan ketabahan mereka dalam menghadapi segala risiko beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menukar surga dengan pengorbanan yang besar, lahir dan batin.

“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Rabb kami, membawa kebenaran.’ Dan diserukan kepada mereka: ‘Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan’.” (Al-A’raf: 43)

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (Al-Baqarah: 207)

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur`an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”(At-Taubah: 111)

Demikianlah. Surga didapatkan dengan berbagai macam ujian dan cobaan, rintangan, dan gangguan.

(Rujukan  : dikutip dengan peringkasan dari http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=727 )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialah seorang hambah,namun teramat mulia